Iklan

Jumat, 16 September 2022

Guru Harus Beradaptasi Dengan Zaman



PERAN guru dalam dunia pendidikan sangatlah berpengaruh sebagai penentu sukses atau tidaknya pendidikan suatu bangsa. Dalam pendidikan formal di sekolah misalnya, guru memegang kendali penuh terhadap anak didiknya. Oleh karena itu, lembaga pendidikan perlu membekali para guru dengan berbagai skill agar mampu memahami medan pendidikan yang kini eranya amat jauh berubah.

Rektor Swiss German University, Filiana Santoso mengungkapkan di zaman seperti sekarang ini, guru tidak lagi sekadar menjadi tenaga pendidik. Melainkan juga harus bisa menjadi environment (lingkungan) dari anak-anak didiknya itu sendiri.

“Mengapa saya bilang environment, karena guru yang akan memegang kendali penuh ke mana para siswa itu akan dibawa. Karena itu guru perlu beradaptasi dan memahami ‘zaman’nya anak-anak sekarang. Guru harus bisa menguasai medan itu,” kata Filiana kepada Media Indonesia, Kamis (28/7).

Filiana juga menyebut dalam proses mengajar, setiap guru memiliki tantangan atau permasalahan tersendiri yang terkadang sulit dihadapi. Berbagai macam cara harus dilakukan untuk selalu menumbuhkan kreativitas anak termasuk mengikuti perkembangan teknologi.

“Sejak adanya pandemi, kegiatan belajar di sekolah berganti dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang memanfaatkan jaringan atau dengan sistem online. Dengan sistem online inilah, terjadi banyak perubahan yang signifikan. Dalam hal ini guru dituntut untuk bisa memberikan model pembelajaran yang sekreatif mungkin sekaligus tetap bisa meningkatkan kemampuan masing-masing siswa,” imbuhnya.

“Seringkali juga, kita sebagai orang tua dari zaman dahulu itu kan marah ya. Ini kok anak di dalam kamar terus. Pegang gadget terus. Tapi memang, inilah dunia sekarang. Yang guru harus hadapi di zaman yang sangat menantang ini, bukan justru menghilangkan digital, tetapi bagaimana kita bisa arahkan mereka dengan dunianya yang serba digital itu menjadi metode pendekatan untuk belajar mengajar,” sambung Filiana.

Sementara itu, Psikolog Roslina Verauli menjelaskan, di zaman yang serba digital ini memang membuat anak menjadi sukar berkonsentrasi dalam belajar. Anak cenderung mudah terdistraksi. Itu sebabnya, kata Roslina, guru perlu mempelajari karakter dan kepribadian anak.

“Nah di sini fungsi guru jadi bertambah ya. Bukan cuma mengajar. Tapi kita harus tahu nih, pelajari dulu anak-anak ini seperti apa. Setelah kita memahami, kita bisa masuk ke dunia mereka dan diterima. Belajar pun jadi lebih interaktif,” kata dia.

Pengaruh digital ditambah pandemi selama dua tahun terakhir, lanjut Roslina, membuat anak-anak Indonesia gaya hidupnya semakin tak karuan. “Dalam satu kasus, saya mendapati guru curhat anak-anak kok jadi malas, nggak peduli dengan pelajaran, ini kenapa ya? Ternyata anak-anak kita itu dari usia SD, waktu tidurnya cuma 5 jam sehari. Yang mana seharusnya anak seusia mereka itu harus tidur 9-10 jam,” ungkap Roslina.

“Itu kan kurang. Begitu anak kurang tidur dari 10 jam sehari. Pasti secara otomatis konsentrasinya akan kurang juga. Aspek itu tidak berkembang. Rusaklah sudah semuanya itu,” tambah dia.

Karena itu, Roslina membagikan tips kepada guru bagaimana caranya mengembalikan semangat dan antusiasme anak untuk belajar. Kuncinya ialah mengembangkan pola pikir anak untuk mengeluarkan ide-ide mereka.

“Biasanya kita kalau ngajar itu kan saklek ya, 5 + 5 = 10. Tapi coba kita cari alternatif lain supaya anak bisa berpikir bukan cuma 5 + 5 = 10. Tapi bisa juga 7 + 3 = 10. 9 + 1 = 10. Jadi anak kita arahkan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri,” jelas Roslina.

Selain itu, imbuh dia, penting bagi para guru untuk dapat mengidentifikasi profil para siswanya seperti motivasi dalam belajar, passion mereka serta juga menggali setiap kreatitas para muridnya.

“Membangun hubungan yang kuat dengan siswa adalah salah satu cara efektif untuk menjadi amazing teacher. Makanya perlu saya ingatkan guru jangan terlalu cepat mengevaluasi anak. Apalagi salah evaluasi. Kita harus bisa memberikan mereka ruang untuk mengembangkan dirinya. Kita hanya perlu melihat potensinya di mana, lalu kita arahkan,” tutur Roslina.

Sekarang sudah bukan zamannya lagi anak murid itu harus patuh kata gurunya. Di generasi mereka, ujarnya, secara alaminya memang anak-anak itu punya cara sendiri, pendapat sendiri. "Jadi kita perlu bernegosiasi dengan itu,” tandasnya. (H-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Kunjunganmu